
Tradisi “Suroan” yang masih melekat di Dusun Keputren
Vaksin
infoPleret- Tradisi malam satu Suro bermula saat zaman Sultan Agung sekitar tahun 1613-1645. Saat itu, masyarakat banyak mengikuti sistem penanggalan tahun Saka yang diwarisi dari tradisi Hindu. Hal ini sangat bertentangan dengan masa Sultan Agung yang menggunakan sistem kalender Hijriah yang diajarkan dalam Islam.
Sultan Agung kemudian berinisiatif untuk memperluas ajaran Islam di tanah Jawa dengan menggunakan metode perpaduan antara tradisi Jawa dan Islam.
Sebagai dampak perpaduan tradisi Jawa dan Islam, dipilihlah tanggal 1 Muharam yang kemudian ditetapkan sebagai tahun baru Jawa. Hingga saat ini, setiap tahunnya tradisi malam satu Suro selalu diadakan oleh masyarakat Jawa.
“Tradisi Suroan” masyarakat menyebutnya, tradisi yang sangat kental dengan unsur Islam dan Jawa ini masih berjalan hingga saat ini khususnya di dusun Keputren. Warga Pedukuhan Keputren RT 002 menjalani ritual suronan ini dengan cara kendurian yang diikuti oleh seluruh warga. Turut hadir pada kesempatan ini Kepala Dukuh Keputren Bpk. Slamet Wintala. Acara kenduri dilaksanakan pada Rabu (19/09) sehabis sholat Maghrib di rumah bapak Suparto. Dengan ikrornya acara tradisi dipimpin oleh ketua RT dan pemimpin doa kaum Rois RT 002 setelah selesai acara warga kembali ke rumah masing-masing untuk melanjutkan aktifitasnya sendiri-sendiri. (Wal)