Lurah Desa Pleret Mantu

19 Februari 2018
Vaksin
Dibaca 312 Kali
Lurah Desa Pleret Mantu

infoPleret- Pada Minggu pagi (18/02/2019) Pamong Desa Pleret beserta bhabinkamtibnas dan babinsa Desa Pleret iring-iringan menuju acara pernikahan anak bapak Lurah Desa Pleret yaitu Andi Setiawan dan Frisky Aditya Debya. Acara mantu Lurah Desa Pleret ini digelar pada pukul 10.30 bertempat di Dusun Jiwan, Karangnongko, Klaten, Yogyakarta. Acara disambut oleh MC acara dan dilanjutkan dengaan Upacara Adat Jawa dan Adat Militer . Adapun prosesi Upacara Adat Jawa yang dilakukan adalah sebagai berikut :

  1. Tradisi yang pertama dengan mempertemukan antara kedua mempelai dan saling melempar suruh atau bahasa jawanya lebih dikenal dengan Balangan Suruh yang bermakna semoga semua godaan hilang terkena lemparan tersebut. .
  2. Ngidak endhog yaitu mempelai pria menginjak telur ayam lalu dibersihkan atau dicuci kakinya oleh mempelai wanita sebagai lambang seksual kedua pengantin telah pecah pamornya.
  3. Minum air degan (air buah kelapa) yang menjadi simbol air hidup, air suci, air mani dan dilanjutkan dengan di-kepyok bunga warna-warni dengan harapan keluarga mereka bisa berkembang segala-segalanya dan bahagia lahir batin.
  4. Sindur yakni menyampirkan kain (sindur) ke pundak mempelai dan menuntun mempelai pengantin ke kursi pelaminan dengan harapan keduanya pantang menyerah dan siap menghadapi segala tantangan hidup.
  5. Kacar-kucur dilaksanakan dengan cara mempelai pria mengucurkan penghasilan kepada mempelai wanita berupa uang receh beserta kelengkapannya. Lambang bahwa kaum pria bertanggung jawab memberi nafkah kepada keluarga.
  6. Dulangan atau kedua pengantin saling menyuapi. Mengandung kiasan laku perpaduan kasih pasangan pria dan wanita (simbol seksual). Ada juga yang memaknai lain, yakni tutur adilinuwih (seribu nasihat yang adiluhung) disimbolkan dengan sembilan tumpeng.
  7. Sungkeman sebagai ungkapan bakti kepada orang tua serta memohon doa restu.

 

Dan rangkaian prosesi pernikahan Militer yaitu Pedang Pora merupakan prosesi pernikahan untuk menghormati perwira militer yang akan melepas masa lajangnya

 

Pedang Pora sendiri berasal dari kata Pedang Pura atau Gapura Pedang yang maksudnya adalah tradisi pernikahan bagi perwira militer. Prosesi itu dilaksanakan dalam rangka melepas masa lajang perwira yang diiringi dengan rangkaian pedang berbentuk gapura. Dengan kata lain itu merupakan sebuah penghormatan bagi perwira yang akan memulai hidup baru dalam bahtera rumah tangga.

Pada dasarnya Pedang Pora adalah sebuah tradisi wajib yang sudah dilakukan turun-menurun dalam dunia militer. Di balik upacara wajib itu sendiri ternyata terselip sebuah tujuan, yakni untuk memperkenalkan dunia angkatan bersenjata kepada mempelai wanita.

Selain itu, simbol Pedang Pora sendiri pun melambangkan solidaritas, persaudaraan, permohonan perlindungan pada Tuhan untuk angkatan bersenjata. Sedangkan Pedang Pora yang membentuk gapura ketika dilewati oleh kedua mempelai mengartikan kalau telah dimasukinya pintu gerbang kehidupan rumah tangga yang baru.