SEJARAH SINGKAT PABRIK GULA KEDATON PLERET

21 September 2021
Rifqi Fatoni
Dibaca 1.270 Kali
SEJARAH SINGKAT PABRIK GULA KEDATON PLERET

Pabrik Gula Kedaton Pleret merupakan salah satu pabrik gula yang dibangun pemerintahan Belanda menjelang era 1900an. Pabrik ini berada di Kedaton Pleret dan akhirnya ditutup pada tahun 1937. Pada saat Agresi Militer Belanda II, Bangunan pabrik gula dihancurkan oleh pejuang dan warga agar tidak digunakan sebagai Pos Militer oleh Belanda. Saat ini bekas lokasi Pabrik Gula Kedaton Pleret menjadi Lapangan (Lapangan Sultan Agung).

Pabrik Gula mulai bermunculan sejak 1830, ketika pemerintahan Belanda mengalami defisit parah akibat terkuras untuk Perang Jawa menghadapi Pangeran Diponegoro Pada 1825-1830. Johannes van Den Bosh yang kala itu menjabat sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda mempunyai ide untuk mengadakan sistem tanam paksa untuk menyelamatkan keuangan dari keterpurukan.

Tanam paksa mewajibkan 20 persen dari tanah yang dimiliki untuk diserahkan kepada pemerintah guna ditanami komoditi ekspor rempah-rempah seperti tembakau, kopi, teh, dan tebu. Penduduk akan diberi upah sebesar selisih antara sewa tanah dan nilai produk serta dibebaskan dari pajak tanah. Warga yang tidak memiliki tanah dikenai wajib kerja 75 hari selama setahun dari perkebunan pemerintah. Programa Bosch ini tidak berjalan lancar dan dihentikan pada 1870. Ditahun saat itu, diterbitkan Undang-Undang UU Agraria.

UU Agraria ini membolehkan perusahaan swasta Eropa untuk mendirikan perusahaannya Hindia Belanda Indonesia. Namun UU ini tidak berlaku di Yogyakarta yang merupakan daerah Vorstenlanden (wilayah-wilayah Kerajaan). UU Agraria melarang pemilik modal membeli tanah untuk dijadikan perkebunan atau pabrik, mereka hanya diizinkan menyewa tanah untuk kepentingan tersebut. Masa sewa tanah itu berlangsung selama kurang lebih 50 tahun dan bisa diperpanjang kembali. Sebagian di tanah sewaan itu ditanami tebu dan pabrik yang menghasilkan gula.

Sepanjang abad ke-19, gula menjadi ekspor paling utama dari negeri jajahan Belanda, mencapai 77.4% menjadi ekspor pada 1840.Pada tahun-tahun inilah pemilik modal mulai menjalankan usahanya di wilayah Vortenlanden, termasuk Yogyakarta. Walaupun Mereka harus mengira gula yang di proses dengan harga tetap kepada Naderlandsce Handal Maatchpij (NHM), mereka tetap mendapatkan keuntungan yang sangat besar. Namun industri gula mulai terancam ketika memasuki 10 tahun kedua abad ke-20. Penyebabnya adalah menurunya sektor ekonomi yang melanda dunia pada 1929.

Salah satu dampak krisis tersebut adalah menyusutnya nilai ekspor gula hingga 7% pada 1938. Tidak banyak pabrik gula yang mampu bertahan serangan krisis ekonomi global itu. Meskipun saat ini ada sisa-sisa keberadan Pabrik Gula Kedaton Pleret tidak ti temukan lagi dana masih dapat memperkirakan letak dibangunanya pabrik gula tersebut. Kembali menggunakan informasi dari petak kuno peninggalan Pemerintahan Belanda. Dari Peta di sebutkan bahwa letak Pabrik Gula Kedaton Pleret dan dilewati oleh jalur kereta api Rute Ngabean-Kotagede-Pleret dan Pundong milik NIS Belanda.

Keberadannya jalur kereta api milik NIS saat ini tidak semua rel kereta terlihat dan dicabuti serta diangkut oleh Jepang saat menjajah di Indonesia. Namun saat ini masih dapat memperkirakan posisi rel kereta api karena gundukan tanah bekas dasar kereta api masih ditemukan diantara rerimbunan kebun milik salah seorang warga. Sedikit informasi menurut sejarah, pembangunan Pabrik Gula Kedaton Pleret memiliki banyak kepentingan politik.

Salah satunya adalah lokasi Pabrik Gula Kedaton Pleret berada diera bekas pemerintahan Keraton Mataram Islam Pleret yang diperkirakan menjadi tempat persembunyian para pemberontak, Sehingga untuk memata-matai kondisi bekas pemerintahan Keraton Mataram Islam Pleret, Pemerintahan Belanda membangun jalur rel kereta api dan pabrik gula di area bekas pemerintahan Keraton tersebut. Sebagian batu bata yang digunakan untuk membangun bangunan pabrik gula berasal dari batu bata benteng keraton.

Sebelum terjadinya Agresi Militer Belanda II, situs dan peninggalan masih cukup banyak gula yang berdiri di wilayah Yogyakarta. Sampai sekarang bangunan kokoh penanda sebuah kejayaan industri atau Pabrik Gula di Kedaton Pleret. Semoga saja peninggalan-peninggalan itu menjadi pengingat bahwa zaman dahulu pernah ada, Sayangnya saat ini tinggal beberapa saja.

Demikian artikel mengenai sejarah singkat pabrik gula di Kedaton Pleret Bantul Yogyakarta. Semoga dapat membantu dan mencerahkan Anda dan dengan sejarah ini kita dapat megetahui bahwa Keraton Mataram Islam dibawah Sultan Agung Hanyokrokusumo pernah Jaya Pada masanya dan membantu mengusir penjajah dari bumi Nusantara ini. Selamat membaca dan semoga bermanfaat.

/Rief

Sumber : https://areajogja.wordpress.com/2020/10/05/sejarah-singkat-pabrik-gula-pleret/

Â